Internalisasi Tema IYD: Belajar dari Kisah Bunda Maria
7 bulan yang lalu

Sabtu, (15/04) lalu, panitia persiapan IYD (Indonesian Youth Day) III Palembang, mengikuti kegiatan Internalisasi Tema IYD. Kegiatan yang diadakan oleh bidang rekrutment volunteer dan bintal kepanitiaan ini dimulai pada pukul 13.00 - 16.00 WIB, di Aula Gedung Yoseph UNIKA Musi Charitas Palembang.
Mendalami Tema
Romo Kristiadji MSC, Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Palembang, menjadi pembicara pertama. Ia menjelaskan bahwa tema IYD “Bangkit dan Bersaksilah”, sangat erat dengan kisah Maria mengunjungi Elisabeth.
Melalui tema ini, tidak hanya peserta, namun panitia juga diajak untuk berjalan bersama Maria dan Elisabeth dalam karya Allah. Memang, kata Romo Adji, bekerja secara teknis penting, namun menghidupi tema tidak kalah penting.
“Kita perlu mendalami tema ini, sehingga kita dapat melihat adanya sukacita dalam menjalankan tugas-tugas kita yang patut kita syukuri, kemudian akan diwujudkan bersama. Kita bisa berjalan bersama Bunda Maria, bersama OMK (Orang Muda Katolik), para pendamping dan uskup,” jelasnya.
Membangun Komunikasi Positif
Romo Kristiadji memberikan tiga poin yang penting bagi panitia IYD III. “Pertama, sekecil apapun tugas masing-masing panitia, pasti akan membawa dampak yang besar bagi orang lain. Kedua, menghindari hal-hal negatif dan selalu membangkitkan energi positif,” paparnya.
Hal-hal positif yang paling sederhana ditebarkan melalui kata-kata. Kata-kata yang baik, menurut Romo Adji, akan mengubah dunia menjadi lebih baik.
“Sebaliknya, jika kita selalu menanamkan pikiran-pikiran yang negatif, maka yang dikeluarkan, pula hal-hal yang negatif,” katanya.
Poin ketiga memberi diri sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bagi Romo Adji, setiap pribadi manusia punya kekurangan dan kelebihan. Penting bagaimana setiap panitia, berjuang bersama menyempurnakan keterbatasan-keterbatasan yang ada.
“Sama halnya dengan Maria dan Elisabeth yang memiliki keterbatasan, namun mereka tidak berhenti pada hal itu. Mereka melakukan karya Allah yang sungguh luar biasa. Bukan hanya untuk diriku dan dirimu, melainkan untuk semua bangsa,” pungkasnya.
Konsekuensi Panggilan: Peduli OMK
Romo Edi Prasetyo SCJ, koordinator bidang rekrutmen volunteer, menyadarkan panitia, yang juga terdiri dari orang-orang tua, akan konsekuensi panggilan Kristiani, yaitu peduli pada OMK.
“Konsekuensi kita atas penggilan sebagai umat kristiani, sebagai bentuk tanggung jawab kita kepada orang muda,” katanya.
Meskipun usia tidak lagi muda, layaknya usia Gereja Katolik, namun semangat haruslah tetap muda.
“Untuk orang muda, semoga ini menjadi tanda, bahwa Gereja mendukung mereka,” tambah Romo Adji.
Tugas Berat? Tenang, Ada Roh Kudus
Aryo Mahir menyadari tugas kepanitiaan yang mungkin akan berat. Namun, ia mengingatkan ada Roh Kudus yang berperan di setiap langkah yang dilakukan panitia.
“Memang berat di awal. Namun ada aja Roh Kudus yang menggerakan. Ada dukungan dari pihak keuskupan. Berdoa kepada Tuhan,” katanya.
“Bukan tentang siapa yang paling berpengalaman (dalam kepanitiaan), tetapi Roh Tuhan yang ada pada kita. Kalau itu sungguh diimani, sehebat apapun, kita tak berdaya, tapi jikalau Tuhan yang berkerja, akan menjadi sesuatu yang luar bisa. Tidak usah takut, Roh Kudus yang akan menaungi kita,” tambah Romo Adji.
Roh Kudus dimohonkan melalui kerendahan hati dalam doa. “Kita bukan hanya pengikut Jokowi yang kerja, kerja, kerja, tetapi juga pengikut Santo Benediktus, yaitu kerja dan berdoa, ora et labora,” kata Romo Edi.
**Kristina Yuyuani Daro/ Kristiana Rinawati